Bisnis UKM di AS Kekurangan Tenaga Kerja

Jakarta, NetizenID

Bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) di AS kekurangan tenaga kerja. Akibatnya, banyak UKM yang menutup sementara bisnis mereka.

Salah satunya dialami oleh Freed Bodyworks, pusat kebugaran yang menawarkan terapi pijat, yoga, akupunktur, dan konseling kesehatan mental.

“Saya tidak bisa mempekerjakan siapa pun. Kami tidak pernah mengalami masalah permintaan layanan, tetapi ketersediaan tenaga kerja 100 persen masalah kami,” ungkap Frances Reed dan Jessica VonDyke, pemilik Freed Bodyworks, dilansir CNN Business, Minggu (21/8).

Sebelum pandemi, Freed Bodyworks memiliki 20 praktisi yang bisa melayani hingga 550 klien per bulan. Tetapi saat ini, pekerjanya tersisa 8 orang yang dinilai terlalu sedikit bahkan untuk sekadar mempertahankan pendapatan yang cukup bagi bisnisnya.

Menurut Reed, mantan pekerjanya memilih pindah ke daerah lain dengan biaya hidup lebih murah dan beberapa lainnya banting setir profesi.

Freed Bodyworks bukan satu-satunya pelaku UKM yang kekurangan tenaga kerja. Sejumlah pemilik usaha kecil di seluruh AS, menurut ekonom, mengalami hal serupa.

Federasi Nasional Bisnis Mandiri (NFIB), dalam survei terbarunya, menemukan bahwa separuh dari pemilik usaha kecil kekurangan tenaga kerja. Bahkan, mencapai rekor tertinggi dalam sejarah sejak lima dekade terakhir.

“Mempekerjakan orang tidak pernah sesulit ini bagi pemilik usaha kecil,” ujar Kepala Ekonom NFIB Bill Dunkenberg.

Pasar tenaga kerja saat ini, lanjut Dunkenberg, menimbulkan tantangan bagi pengusaha segala skala, yaitu kurangnya bakat atau keahlian.

Belum lagi masalah upah yang tersandera oleh arus kas ketat perusahaan.

“Jika mereka (pengusaha) beroperasi dengan margin yang ketat, mereka mungkin tidak akan bisa menaikkan upah untuk menarik lebih banyak pekerja,” terang Profesor Kebijakan Publik Universitas Georgetown Harry Holzer.

Apalagi, Susan Sarich, pendiri SusieCakes mengatakan dengan kenaikan gaji per jam nyaris 20 persen tetap tidak mampu mengimbangi kenaikan biaya hidup yang lebih tinggi.

Walhasil, SusieCakes terpaksa membatasi jam operasionalnya. Toko kue ini memutuskan tutup dua hari dalam sepekan untuk menutup kekurangan tenaga kerja dari 500 orang sebelum pandemi jadi 200 orang pekerja saat ini.

“Permintaan ada, tetapi pasokan kami terganggu. Kami tidak memiliki orang. Bagi kami, berarti itu lebih sedikit hari dan jam kerja, karena lebih sedikit produk yang ditawarkan,” imbuh Sarich.

[Gambas:Video CNN]

(bir)